OTOMOTIFNET
 – Setelah sebelumnya melakukan tes optimalisasi bahan bakar dengan 
berbagai macam produk pengirit bahan bakar yang di rancang oleh Hendry 
Martin, ST. Kali ini Otonetters, komunitas member di Forum OTOMOTIFNET.COM kembali mengibarkan bendera Otoneters Indepnedent Tester dengan melakukan pengetesan CDI programmable untuk Honda Supra X125.
Sekaligus
 dipilih 4 merek dalam pengetesan ini yaitu BRT, Rextor, XP202 dan 
Cheetah Power. Syaratnya harga jual masing-masing CDI yang diiukutkan 
dalam komparasi ini harus tidak lebih Rp 500 ribu. Harga ini paling 
ideal untuk kebutuhan korek harian atau sekedar plug & play pada 
motor dengan spek standar.
Pengetesan CDI berlangsung cukup panjang dari akhir Februari 
hingga awal April ini. Panjangnya waktu disebabkan ada empat variable 
pengetesan yang dites secara terpisah. Yaitu, peak rpm untuk mencari 
siapa yang punya limiter paling tinggi. Kemudian ada tes akselerasi 
dengan menggunakan alat ukur Racelogic.
Dilanjutkan dengan melakukan tes konsumsi bahan bakar dan 
terakhir tes power dan torsi dengan dyno tes. Tujuan pengetesan ini 
dalam beberapa tahapan terpisah, bukan untuk mencari siapa yang terbaik 
diantara keempat CDI tersebut. Tapi lebih berfungsi untuk memetakan mana
 yang terbaik sesuai kebutuhan konsumen. Mengingat tiap CDI memiliki 
karakter yang berbeda satu sama lain.
Motivasi konsumen dalam memilih CDI pun berbeda-beda. Ada 
yang mengganti CDI sekedar karena mencari tenaga besar tapi ada juga 
yang hanya ingin akselerasi motornya makin ngacir atau malah ingin 
konsumsi bahan bakarnya semakin irit. So, mari ikuti ringkasan dari 
empat proses pengetesan ini.
Pengetesan ini dilakukan pada sebuah Honda Supra X125 
pinjaman dari PT Astra Honda Motor (AHM) dalam kondisi benar-benar baru 
dan standar tanpa ubahan apapun. Juga dipilih tiga tester untuk 
menjalani semua rangkaian pengetesan. Dua dari member Forum OTOMOTIFNET.com (Bintang Pradipta dan Spidlova) dan satu wakil dari redaksi OTOMOTIFNET.com (Popo).
Dalam keseluruhan pengetesan ini digunakan kurva yang 
telah direkomendasikan oleh masing-masing produsen CDI. BRT meminta klik
 kurvanya disetting di posisi angka 8 yang artinya timing pengapian di 
atur pada 35 derajat sebelum titik mati atas. Rextor memilih kurva 
ditaruh di posisi angka 0. Sedang Cheetah Power menyarankan untuk 
menggunakan kurva pertama. Dan XP202 karena tidak memiliki pilihan kurva maka langsung colok.
Pengetesan Tahap 1 : Siapa Limiter Tertinggi?
Bertempat di bengkel 
Otomotif Service Station (OSS), pengukuran dilakukan dengan rpm meter 
merek BRT. Suhu mesin dipatok 70 derajat celcius dengan toleransi 5 
derajat celcius. Masing-masing CDI dapat giliran digeber dua sampai tiga kali.
 Hasilnya saat di gas pada putaran mesin( rpm) paling tinggi, semua CDI 
ini mampu membuat mesin berteriak lebih dari 12.000 rpm. Bandingkan 
dengan CDI standar yang hanya bermain di angka 9.000 rpm.
CDI Standar = 9.841 rpm
CDI BRT Neo Click = 12.930 rpm
CDI Cheetah Power CP 400 = 12.700 rpm
CDI XP = 12.400 rpm
CDI REXTOR = 12.280 rpm
CDI BRT Neo Click = 12.930 rpm
CDI Cheetah Power CP 400 = 12.700 rpm
CDI XP = 12.400 rpm
CDI REXTOR = 12.280 rpm
Pengetesan Tahap 2: Siapa Akselerasi Tercepat?
Bertempat di depan kantor 
OTOMOTIFNET.com pengetesan akselerasi dimulai pada jam 11 malam saat 
kondisi jalan sudah benar-benar lengang. Panjang lintasan sekitar 300 
meter, 200 meter untuk pengetesan dan 100 untuk jarak pengereman. 
Panjang trek ini mirip panjang lintasan drag bike yang panjangnya 201 
meter.
Kondisi mesin tetap standar tanpa ubahan apapun. Dan semua tester (Bintang pradipta, Spidlova dan Popo) punya kesempatan 2 kali running
 untuk tiap CDI. Hasil di bawah ini diambil catatan waktu terbaik untuk 
100m dan 200m. Catatan waktu selama pengetesan ini diukur dengan alat 
ukur Racelogic.
CDI Standar
Spidlova
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 10.0
0-200 14.7
Bintang Pradipta
0-100 11.7
0-200 16.7
Popo
0-100 09.0
0-200 14.1
0-100 10.0
0-200 14.7
Bintang Pradipta
0-100 11.7
0-200 16.7
Popo
0-100 09.0
0-200 14.1
CDI BRT Neo Click
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 10.3
0-200 15.1
Bintang Pradipta
0-100 09.4
0-200 14.2
Popo
0-100 08.5
0-200 13.3
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 10.3
0-200 15.1
Bintang Pradipta
0-100 09.4
0-200 14.2
Popo
0-100 08.5
0-200 13.3
CDI Cheetah Power CP 400
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 08.1
0-200 12.9
Bintang Pradipta
0-100 09.6
0-200 14.6
Popo
0-100 09.3
0-200 14.4
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 08.1
0-200 12.9
Bintang Pradipta
0-100 09.6
0-200 14.6
Popo
0-100 09.3
0-200 14.4
CDI XP
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 09.5
0-200 14.4
Bintang Pradipta
0-100 09.7
0-200 14.6
Popo
0-100 09.1
0-200 14.0
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 09.5
0-200 14.4
Bintang Pradipta
0-100 09.7
0-200 14.6
Popo
0-100 09.1
0-200 14.0
CDI REXTOR
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 10.6
0-200 15.4
Bintang Pradipta
0-100 09.6
0-200 14.5
Popo
0-100 09.2
0-200 14.1
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100 10.6
0-200 15.4
Bintang Pradipta
0-100 09.6
0-200 14.5
Popo
0-100 09.2
0-200 14.1
Pengetesan Tahap 3: Sipa Konsumsi Bahan Bakar Teririt?
Pengukuran konsumsi bahan bakar 
dilakukan dengan menggunakan burette (gelas ukur), cara pengetesannya 
dengan melihat siapa yang paling cepat menghabiskan 100ml bensin. Secara
 sederhana dari hasilnya bisa dilihat, yang cepat habis berarti boros 
sedang yang lama abisnya berarti irit.
Saat pengetesan motor dalam keadaan diam dengan suhu mesin 
dipatok pada kurang lebih 70 derajat celcius. Dan putaran mesin dibuat 
statis pada 5000rpm. Pengukuran dilakukan dengan 3 stopwatch yang 
dipegang oleh Arseen lupin, Nanda, dan David. Didapat hasil rata-rata 
sebagai berikut:
CDI Standar  : 1 menit 16 detik
CDI BRT Neo Click : 1 menit 25 detik (penghematan 11,84%)
CDI Cheetah Power CP 400 : 1 menit 22 detik (penghematan 7,89%)
CDI XP : 1 menit 15 detik (lebih boros 1,31%)
CDI Rextor : 1 menit 17 detik (penghematan 1,31%)
CDI BRT Neo Click : 1 menit 25 detik (penghematan 11,84%)
CDI Cheetah Power CP 400 : 1 menit 22 detik (penghematan 7,89%)
CDI XP : 1 menit 15 detik (lebih boros 1,31%)
CDI Rextor : 1 menit 17 detik (penghematan 1,31%)
Pengetesan Tahap 4: Siapa Power Tertinggi?
Test terakhir ini dilakukan
 di dynamometer bermerek Dyno Dynamic milik bengkel Khatulistiwa 
dikawasan Jl Pramuka, Jakarta Timur. Pengetesan dyno dilakukan tanpa 
ubahan apapun pada motor. Bahkan settingan angin dan bensin pada 
karburator dibuat seragam meski gonta ganti CDI. Pengetesan dilakukan 2 kali, dengan spuyer standar dan dengan spuyer yang sudah naik satu step dari standar. Ukuran 35/75 menjadi 38/78.
CDI juga tetap menggunakan pilihan klik/kurva yang sama
 dengan 3 test sebelumnya. Pada pengetesan ini suhu mesin dipatok 
seragam pada 90 derajat celcius sebelum mesin digas. Berkat blower yang 
dipasang di dekat blok silinder suhu mesin selama pengetesan bisa stabil
 dikisaran 100-110 derajat celcius. Dan tiap CDI punya kesempatan 5 kali run. Hasil yang diperoleh cukup mencengangkan.
Sesi pertama tanpa jeting
Max Power CDI Standar : 8 dk
Max Power CDI XP : 7,8 dk
Max Power CDI Rextor : 7,9 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 7,3 dk
Max Power CDI BRT : 7,7 dk
Max Power CDI Standar : 8 dk
Max Power CDI XP : 7,8 dk
Max Power CDI Rextor : 7,9 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 7,3 dk
Max Power CDI BRT : 7,7 dk
Sesi kedua dengan jeting
Max Power CDI Standar : 7,4 dk
Max Power CDI XP : 6,1 dk
Max Power CDI Rextor : 7,5 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 6,8 dk
Max Power CDI BRT : 7,3 dk
kesimpulannya BRT brati ya om???
Posted on 2 Juli 2013 pukul 23.55
kalau menurut ane sih BRT tapi itu semua kembali pada pihak masing2 yang nyamanya seperti apa :)
Posted on 17 Januari 2014 pukul 23.55
Posting Komentar